Langsung ke konten utama

Postingan

aku dan dua ribu tujuh belas

Selamat pagi bagi kamu yang membaca tulisan ini di pagi hari, sama seperti aku menulis tulisan ini di pagi hari seusai menyantap roti dengan isian telur yang sedikit aku taburi lada dan saos sambal. Sudah berpuluh bulan tidak menyapa penggemarku melalui blog, Haha. Lebih tepatnya kehabisan ide mau apa, jadi aku putuskan menulis sedikit - berharap waktu nganggurku tidak terlalu banyak. Baru beberapa hari ini, aku merasakan kembali keinginan untuk membelah daratan atau lautan bagian ujung sana. Entah sebenarnya mau kemana, hanya saja ingin merasakan naik kereta, kapal atau pesawat. Kalau ada yang mau jalan bareng aku, yuk japri aja. Butuh 1 atau 2 orang aja, sengaja ga mau terlalu banyak - biar bondingnya kuat. HAHA Buah dari mengidamkan liburan yang sebenarnya masih terkendala, aku berujung pada selancar di galeri HP atau juga sengaja menyempatkan membuka laptop sebentar, hingga akhirnya menemukan folder Awon yang memaksaku tertawa setelah melihat diri jatuh dari perahu kemudian tergulu
Postingan terbaru

interaksi yang bersinergi

Pagi hari yang syahdu Teh manis hangat sudah tersedia, pasca ibu tiada kini perannya sedikit digantikan oleh kakak saya, termasuk membuatkan minum untuk saya. Meskipun rasanya beda, tapi syukurlah tetap ada yang memperhatikan saya. Teh yang ini lebih manis, berbeda dari teh yang dibuat ibu saya. Tapi, semoga manisnya gula pada teh tak lantas memaniskan bibir, bibir yang tak seharusnya manis karena kebohongan. Semoga manisnya gula pada teh tak lantas mematikan rasa pada lidah, lidah yang tak seharusnya dibiarkan mati rasa hingga kita tak mampu merangkai kata untuk berkata . Merangkai kata tak segampang mengerjakan soal logika matematika, atau merangkai kata justru tak sesulit menyelesaikan trigonometri.   Apapun itu, saya kini sedang merangkai kata, mencoba menginteraksikan antara otak dan tangan di tombol hp. Berbicara dengan interaksi, saya tertarik untuk membicarakan interaksi ini. Mungkin lebih enaknya saya akan menyebutnya denan komunikasi. Pernah mend

Sang Jaguar Kehilangan Asa

Minggu pagi, 03 Juli 2016. Stasiun Gambir pagi ini, saya ada di stasiun gambir. saya hendak pulang kampung, ke temanggung - jawa tengah. suatu perjalanan pulang kampung yang tadinya saya harapkan bisa menjadi pulang kampung terakhir, namun apalah daya, Allah mempunyai skenario luar biasa yang sudah disiapkan. dan bisa jadi ini menjadi pertama kalinya, tapi percaya atau tidak semangat masih terkumpul, meski tak sebesar batu-batu indah di Belintung. bak seorang jaguar, kucing besar yang ganas dan terkenal sebagai pemangsa ulung untuk beberapa hewan. namun, sang jaguar kini kehilangan asa, tutul hitam di badannya memudar perlahan namun pasti, perlahan tak terlihat bahwa ia seorang jaguar, taringnya seakan mengkikis, kakinya tampak lumpuh tak mampu beradu lari dengan mangsanya. matanya tak tajam lagi, seakan bulatan hitam di mata bergabung menjadi putih semua, ekornya bak cicak, putus karena asanya mulai hilang. ya, sang jaguar kehilangan asa. seorang pemuda dua puluh satu t

SMK Energy!

minggu malam, 29 mei 2016. malam ini, terlalu sempurna untuk ditinggalkan begitu saja. saya ingin, ada makna dalam setiap jam yang dilalui, sama halnya dengan malam ini, saya tak mau malam ini hanyalah gelap pengusir siang, yang juga siap dihempas oleh matahari untuk kembali memunculkan siang. sekarang saya yakin, dan semakin percaya. bahwa kota indah macam Temanggung dan Bandung adalah katalis luar biasa, untuk mendorong jari saya bereaksi dengan huruf-huruf kecil di layar handphone untuk menghasilkan kata-kata. Temanggung? Iya, saya sedang pulang kampung, ada keperluan yang harus saya tuntaskan. Entah kenapa, selalu muncul energi positif ketika berada di ruangan kecil ini. malam ini, otak memerintahkan tangan untuk mengetuk keyboard di layar hp. ditemani buku tebal 737 halaman, dan selimut biru yang sangat hangat, tangan ini tak mampu menolak keinginan si otak. Ketika berada di kamar ini, entah kenapa saya seakan terbawa rutinitas masa sekolah, iya masa itu. masa ke

Filosofi Jasad Renik

Senin pagi, 18 April 2016. Sedikit berkas cahaya matahari perlahan menghapus gelap. Gelap malam kini tergantikan, tak nampak satelit bumi menghiasi langit kota ini. Lukisan awan di langit nampak sempurna dengan perpaduan tanpa cacat pada keduanya. Sebulan ini, saya memang tidak menulis di blog ini. bukan bermaksud meninggalkan, atau bukan pula tidak mem-prioritaskan. Lebih, dari itu saya tak ingin ini hanya sebagai penuntas tugas - nyatanya saya masih menulis dengan output yang berbeda, cerita pendek. Menulis bukan sekadar virus yang menempel pada diri ini, yang ketika virusnya hilang - hilang pula keinginan menulis. Kemarin ini, saya baru saja mengunjungi kota Bandung (lagi), kalau tak salah semalam pukul 20.30 saya baru sampai di kost, sisa-sisa keresahan sedikit menyelimuti jiwa dan raga ini. Iya seperti itu, perpisahan yang memilukan selalu datang sebagai pembalasan dari suatu pertemuan. Pertemuan dengan kota Bandung, beserta penghuni kota indah tersebut. Sis

matematika kehidupan!

Senin pagi, 14 maret 2016. Hari senin, kembali ke rutinitas. Begitulah, sebagian orang menganggapnya. Setelah 2 hari berleha-leha, untuk berlibur atau bahkan hanya untuk bermalas-malasan dengan mengambil keputusan tidur seharian. Mengapa hanya sebagian? Bukankah semua orang juga merasakan hal tersebut? Tidak. Coba kita renungkan, seorang petani misalnya. Apakah mereka libur juga di hari sabtu dan minggu? Sepengamatan saya tidak. Jadi, mungkin mereka akan mempunyai semangat yang bisa jadi lebih stabil dibandingkan profesi lain. Namun, kembalinya kita (kecuali yang sabtu - minggu tidak libur) ke rutinitas, harusnya kembali mempunyai semangat yang bergelora, bukan malah sebaliknya karena masih terbawa hawa liburan kemarin. Pagi ini, saya begitu lapar. Maklumlah, hari minggu kemarin saya hanya makan sekali dan itupun siang hari. Tak perlu khawatir dengan lapar, setelah ini saya ganjal dengan sebungkus nasi uduk - urusan lapar kelar. Laparnya perut, semoga tak lantas mempeng

tentang pengorbanan dan hasil!

Sabtu pagi, 12 Maret 2016 Bagi kebanyakan orang, sabtu merupakan salah satu hari penting. Penting, untuk sejenak mengistirahatkan badan dari rutinitas weekdays , untuk sejenak me- refresh otak yang dipenuhi dengan banyak pemikiran, dan penting bagi sebagian kaula muda yang sudah menanti datangnya malam minggu. Namun, di hari sabtu ini, jangan sampai kita lalai, dengan hanya tidur-tiduran, malas-malasan, dan berbagai kegiatan yang kurang produktif lainnya.. Pagi ini, Matahari belum menampakkan senyumannya. Gelap! Gelapnya pagi ini, semoga tak lantas membutakan mata kita, mata yang tak seharusnya terbutakan, mata yang seharusnya terbuka untuk menerima dan melihat kebesaran-kebesaran Allah. Gelapnya pagi ini, semoga tak lantas menggelapkan hati kita, hati yang tak seharunya menghitam,  hati yang seharusnya terang untuk menuntun jiwa dan raga kita menuju jalan yang benar. Gelapnya pagi ini, semoga tak lantas mengeruhkan otak kita, otak yang tak sewajarnya menjadi kelam, otak