Langsung ke konten utama

aku dan dua ribu tujuh belas

Selamat pagi bagi kamu yang membaca tulisan ini di pagi hari, sama seperti aku menulis tulisan ini di pagi hari seusai menyantap roti dengan isian telur yang sedikit aku taburi lada dan saos sambal. Sudah berpuluh bulan tidak menyapa penggemarku melalui blog, Haha. Lebih tepatnya kehabisan ide mau apa, jadi aku putuskan menulis sedikit - berharap waktu nganggurku tidak terlalu banyak.

Baru beberapa hari ini, aku merasakan kembali keinginan untuk membelah daratan atau lautan bagian ujung sana. Entah sebenarnya mau kemana, hanya saja ingin merasakan naik kereta, kapal atau pesawat. Kalau ada yang mau jalan bareng aku, yuk japri aja. Butuh 1 atau 2 orang aja, sengaja ga mau terlalu banyak - biar bondingnya kuat. HAHA

Buah dari mengidamkan liburan yang sebenarnya masih terkendala, aku berujung pada selancar di galeri HP atau juga sengaja menyempatkan membuka laptop sebentar, hingga akhirnya menemukan folder Awon yang memaksaku tertawa setelah melihat diri jatuh dari perahu kemudian tergulung arus sungai yang cukup deras beberapa saat hingga akhirnya kembali dengan bahagia, meski sedikit menyenggol batu. Sedikit tertawa dan haru juga melihat beberapa teman di perahu karet menantikan kemunculanku. Tapi sekarang aku sedang tidak ingin membahas folder Awon terlalu panjang, aku terhenti pada foto dan videoku ketika tahun 2017 lalu. Btw, ini aku kaku ga sih nulisnya? HAHA

Ngomongin tentang 2017, aku memang sengaja mau sedikit menguras memori itu. Jadi ya sudah, aku tulis aja disini. Tidak jauh dari pembuka diatas, ini tentang aku dan liburan - liburan diskonan lebih tepatnya di 2017 silam. Mulai dari Lombok! Sikecil yang kalau digigit bisa membakar lidah. Eh bukan! ini Lombok yang banyak memberikan kenangan sih lebih tepatnya. Ini tentang perjalanan yang aku anggap pertama di 2017, setelah berkeliling dan berujung menemukan satu booth yang aku rasa cocok untuk medapatkan diskonan pesawat. Hingga akhirnya mendapatkan tiket pesawat PP 1.3jt dengan Garuda, itu kali pertama juga sih aku naik Garuda - jadi pikirku syukurlah. Meski sebenarnya sebelum membeli beberapa tiket sempat drama menentukan siapa saja yang akan berangkat. Hingga akhirnya, kalau tidak salah ingat ada 13 orang yang akhirnya berangkat. Meski sudah bahagia bisa menginjakkan kaki disana, kemudian tetiba semua itu patah ketika ketemu hotel yang lebih cocok disebut tempat angker. Kita yang awalnya berencana singgah 3 hari, memutuskan untuk ganti hotel. Yang kalau aku piker-pikir sangat beruntung dulu ada orang yang sigap mencari hotel setelah semalam tidur tidak nyenyak disana. Belum lagi air yang, ah sudahlah.

Setelah berganti hotel, ini liburan baru dimulai. Meski kalau boleh jujur hotel penganntinya terlalu sempurna untuk harga yang murah menurut kita kala itu. Ketika wisata di kota, ya memang kita banyaknya menyewa mobil lengkap dengan sopirnya untuk mengantarkan kita kesana-kemari, dan herannya meski tanpa tour guide khusus kita bisa menjelajah disana. Satu yang paling ingat itu ketika meluncur di air yang lebarnya sebatas selokan, dengar arus yang cukup kencang untuk membawa kita melaju di aliran air yang atapnya tertutup - menjadi seperti terowongan kecil. Ketika dulu kecil, main air menjadi hal yang tidak pernah luput dari keseharianku. Tapi entah kenapa, kala itu aku terlalu bahagia hanya karena itu. Belum lagi ditambah main air dengan ikan-ikan berwarna-warni, ditambah tempat yang sejujurnya kurang nyaman kalau bertahan lama disana. 3 Gili terlalu mewah, untuk aku yang kampungan ini memang. Juga masih ingat betul bergaya lompatan ala-ala, ditengah laut, yang kebetulan ada pasir putih yang sangat menggoda jika dibiarkan saja tanpa mengabadikan momennya.

Tidak perlu berlama-lama, sekarang kita pindah ke Pulau Sombori, Sulawesi Tengah. Buah dari kesinganku mengikuti ENJ (Ekspedisi Nusantara Jaya) - akhrinya aku terpilih menjadi salah satu peserta yang bisa mengirimkan tenaga kesana. Seleksinya tidak begitu susah kalau aku boleh jujur, cuma perlu strategi aja. Singkat cerita, kita menentukan titik bertemunya di Kendari. Tapi, sebelum itu - banyak hal yang terlalu unik. Pada saat pengumuman, hanya ada nama orangnya saja - sehingga kita saling mencari, entaj itu di instagram - facebook atau semacamnya. Hingga akhirnya terkumupul beberapa orang, dan dilanjutkan berdiskusi di grup WA. Udah kayak mencari bola naga, menebar kelompok untuk menjaring nama-nama yang kita rasa kelompok kita. Hingga akhirnya pencarian beberapa hari, formasi lengkap. 
Setelah mengurus banyak hal, termasuk donasi buku, susu, pakaian dan lain-lain kita bertolak ke Kendari. Sesampainya disana, kita banyak disibukkan dengan beberapa perlengkapan tambahan yang kita perlukan untuk bertahan hidup disana, dan berbagi sedikit beberapa hal yang mungkin dibutuhkan. Hingga akhirnya, aku tahu ternyata beberapa diantara 25 orang yang sudah terpilih ada sebagian yang tidak bisa berangkat, karena hal tertentu. Seperti mengambil barang di pasar, kita juga meminta beberapa bantuan dari pemuda-pemuda Kendari. 

Akhirnya kita jalan, awalnya janjian di pinggir dermaga untuk dijemput kapal yang sudah di sediakan oleh Kepala Desa disana. Namun, ternyata kita salah - sehingga tidak berjumpa. Karena sudah sore juga, bus yang untuk mengantar tidak bisa menunggu lagi - dan kita turun di dermaga terdekat. Entah kenapa ada orang baik banget, akhirnya kita menumpang disana beberapa jam lengkap dengan jamuan makan dan minuman. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya kita bersepakat untuk merogoh kocek demi menyewa kapal untuk mengantar ke Sombori, sinyal yang susah juga menghambat kita menghubungi Kepala Desa. Akhirnya kapal penuh, beras, tas, kaki yang dibuat menekukuk, ombak yang sesekali masuk ke kapal, juga udara yang  begitu dingin membawa kita sampai pada Pulau Sombori setelah 5 jam terombang-ambing di laut lepas. Disambut dengan Ibu-Ibu, adek-adek kecil juga Kepala Desa.

Banyak program kita buat, dari mengajar anak SD, membagikan susu, bersih-bersih laut dan lainnya. Dua minggu hidup disana memaksa kita menikmati kehidupan disana, makan dengan lure (ikan teri) menjadi hobi yang tak terlewatkan. Mandi dengan sedikit jentik-jentik nyamuk, juga BAB yang langsung terhempas ke lautan 😆. Ini hanya ada sedikit daratan, hampir sebagian desanya tepat berada diatas air, jadi kalau malam perlu hati-hati agar tidak berujung basah kuyup karena terjatuh. 2 minggu yang awalnya terasa sangat lama karena tidak ada sinyal, tidak ada lampu yang menerangi sampai pagi, semuanya tertutup dengan indah ketika semua warga desa berkumpul untuk melepas kepergian kita esok harinya. Baru kali itu, aku bener-bener ketemu anak sekolah, yang bahkan tidak tahu upacara bendera.

Beberapa hari setelah dari Sulawesi, harusnya aku berangkat ke Raja Ampat setelah lolos dari tahapan seleksi beberapa bulan lalu. Tapi, sayangnya aku memutuskan untuk tidak berangkat karena satu dan lain hal. Beberapa program yang sudah direncanakan, terpaksa aku tidak bisa ikut mengeksekusinya dan berujung menonoton foto teman-temand di Raja Ampat. 

Ini sudah terlalu panjang, kalau yang masih penasaran nanti kita bisa ngobrol sambil liburan bareng! See you

Mustofa - Bogor 03082021
Aku yang sedang gabut!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMK Energy!

minggu malam, 29 mei 2016. malam ini, terlalu sempurna untuk ditinggalkan begitu saja. saya ingin, ada makna dalam setiap jam yang dilalui, sama halnya dengan malam ini, saya tak mau malam ini hanyalah gelap pengusir siang, yang juga siap dihempas oleh matahari untuk kembali memunculkan siang. sekarang saya yakin, dan semakin percaya. bahwa kota indah macam Temanggung dan Bandung adalah katalis luar biasa, untuk mendorong jari saya bereaksi dengan huruf-huruf kecil di layar handphone untuk menghasilkan kata-kata. Temanggung? Iya, saya sedang pulang kampung, ada keperluan yang harus saya tuntaskan. Entah kenapa, selalu muncul energi positif ketika berada di ruangan kecil ini. malam ini, otak memerintahkan tangan untuk mengetuk keyboard di layar hp. ditemani buku tebal 737 halaman, dan selimut biru yang sangat hangat, tangan ini tak mampu menolak keinginan si otak. Ketika berada di kamar ini, entah kenapa saya seakan terbawa rutinitas masa sekolah, iya masa itu. masa ke...

Sang Jaguar Kehilangan Asa

Minggu pagi, 03 Juli 2016. Stasiun Gambir pagi ini, saya ada di stasiun gambir. saya hendak pulang kampung, ke temanggung - jawa tengah. suatu perjalanan pulang kampung yang tadinya saya harapkan bisa menjadi pulang kampung terakhir, namun apalah daya, Allah mempunyai skenario luar biasa yang sudah disiapkan. dan bisa jadi ini menjadi pertama kalinya, tapi percaya atau tidak semangat masih terkumpul, meski tak sebesar batu-batu indah di Belintung. bak seorang jaguar, kucing besar yang ganas dan terkenal sebagai pemangsa ulung untuk beberapa hewan. namun, sang jaguar kini kehilangan asa, tutul hitam di badannya memudar perlahan namun pasti, perlahan tak terlihat bahwa ia seorang jaguar, taringnya seakan mengkikis, kakinya tampak lumpuh tak mampu beradu lari dengan mangsanya. matanya tak tajam lagi, seakan bulatan hitam di mata bergabung menjadi putih semua, ekornya bak cicak, putus karena asanya mulai hilang. ya, sang jaguar kehilangan asa. seorang pemuda dua puluh satu t...