Langsung ke konten utama

Sang Jaguar Kehilangan Asa

Minggu pagi, 03 Juli 2016. Stasiun Gambir

pagi ini, saya ada di stasiun gambir. saya hendak pulang kampung, ke temanggung - jawa tengah.
suatu perjalanan pulang kampung yang tadinya saya harapkan bisa menjadi pulang kampung terakhir, namun apalah daya, Allah mempunyai skenario luar biasa yang sudah disiapkan. dan bisa jadi ini menjadi pertama kalinya, tapi percaya atau tidak semangat masih terkumpul, meski tak sebesar batu-batu indah di Belintung.

bak seorang jaguar, kucing besar yang ganas dan terkenal sebagai pemangsa ulung untuk beberapa hewan. namun, sang jaguar kini kehilangan asa, tutul hitam di badannya memudar perlahan namun pasti, perlahan tak terlihat bahwa ia seorang jaguar, taringnya seakan mengkikis, kakinya tampak lumpuh tak mampu beradu lari dengan mangsanya. matanya tak tajam lagi, seakan bulatan hitam di mata bergabung menjadi putih semua, ekornya bak cicak, putus karena asanya mulai hilang. ya, sang jaguar kehilangan asa.

seorang pemuda dua puluh satu tahun, mengikuti sang jaguar yang makin tak punya arah, seorang pemuda yang terlihat lemas bagai tak punya tulang, matanya bak sumur yang menghasilkan air jernih, tangannya gemetar bagai tak makan tiga hari, kakinya seakan di paku dengan lantai di gerbong kereta. seorang pemuda yang hanya bisa berdiam di tengah meriahnya pulang kampung, berdiam di tengah erangan klakson kereta yang mengeras, terdiam di tengah alunan musik pop, terdiam bagai tak punya arah, tenggelam bersama mendungnya stasiun gambir. ya, sang pemuda kehilangan asa.

sang pemuda kini harus mulai bergerak, kaki yang tak mampu bergerak bukan menjadi kesimpulan akhir, kakinya yang seakan terpaku kini harus mulai dicabut, matanya yang berkumpul air, kini harus di sapu dengan sapu tangan yang ia siapkan, tangan yang gemetar, kini harus mulai dikendalikan. sang pemuda kini harus mengumpulkan asa, pun dengan sang jaguar. kini sang jaguar harus menyiapkan diri untuk kembali menerkam mangsanya, melatih kembali kemampuannya yang sempat hilang, atau bahkan hanya di sembunyikan. kini semua harus kembali menjalani indahnya kehidupan, indahnya perjuangan, indahnya menerkam mangsa, dan indahnya mensyukuri nikmat pernah dilahirkan di dunia ini, yang nyatanya ini hanyalah permainan belaka.

ibarat seorang perantau yang kelaparan, apakah benar ia hanya berdiam tanpa mencari makanan? ataukah hanya tidur seharian untuk menahan lapar? atau apapun langkah yang diambil untuk menghindarkan dari rasa laparnya, satu yang pasti laparnya akan hilang ketika ia makan. begitilah kodratnya.

ibarat seorang perantau yang hendak makan ayam goreng, dan tidak bisa makan lagi selain ayam goreng. ia yang berjuang mendapatkan ayam goreng di KFK (misal), antrian 10 meter ia tunggu, lantas pas gilirannya memesan ayam gorengnya habis. apa yang ia lakukan, apakah benar ia hanya menunggu hari esok untuk makan ayam goreng? lantas apa makna lapar diatas? iya, satu-satunya cara ialah ia harus mampu mencari ayam goreng yang lain, lantas apakah ayam goreng di warteg tidak bisa menjadi solusi? ayolah, itu hanya presepsi saja. saya yakin ayam goreng di warteg tidak selamanya lebih buruk, itu hanya terletak pada bagaimana kita menikmatinya, dan semua akan baik-baik saja, wajar seperti seharusnya.

kini, apakah sang jaguar hanya akan berdiam? apakah asanya yang hilang akan membuatnya hidup lebih lama, atau asanya yang hilang akan mempercepat dia mati, itu semua tergantung sang jaguar. apakah ia akan kembali memangsa, atau ia hanya akan berdiam? ketika berdiam menjadi pilihan, yakinlah kematian didepan mata.
kini, apakah seorang pemuda hanya akan berdiam? apakah asanya yang memudar akan membuat ia bahagia, atau justru keburukan akan selalu menghampiri. yakinlah, ketia ia hanya diam termenung, maka kekalahan akan semakin sering menghampiri, kini seorang pemuda harus kembali mengumpulkan asanya. merakit sedikit demi sedikit namun pasti. maka kesempurnaan akan medekat. ia hanya perlu yakin, bahwa Allah punya skenario terbaik untuknya.

ibaratnya, ayam goreng warteg tak selamanya lebih buruk dari ayam goreng. hanya perlu yakin, bawha ayam warteg telah dimasak dengan kualitas terbaiknya.  dan hanya perlu menikmatinya, maka ayam goreng warteg akan terasa sangat istimewa, sekalipun ia tak terlihat lebih prestis dibandingkan ayam goreng yang pertama kali ia inginkan. itulah yang harus pemuda lakukan.

kini, sang jagur sudah siap menerkam mangsanya.
kini, sang pemuda sudah siap mengambil langkah terbaiknya.
kini, sang jaguar mulai melatih larinya.
kini, sang pemuda kembali melatih pemikirannya.
kini, sang jaguar mengasah kembali taringnya.
kini, sang pemuda menyiapkan kembali langkah terbaiknya.

sang jaguar mulai berhasil,
sang pemuda harus tak mau kalah,
sang jaguar mulai berlari,
sang pemuda mengambil langkah.

semangatlah, wahai pemuda.

itulah tulisan saya pagi ini, sebuah tulisan sebagai penebusan atas 28 juni 2016, dan 01 juli 2016. sebuah tulisan karena pemikiran yang tiba-tiba mencuat, sebuah tulisan sebagai luapan perasan yang entah sedang tidak terarah.

semoga, tulisan ini bisa jadi semangat bagi pembacanya.
semoga, tulisan ini bisa jadi cambukan bagi penulisanya.
iya, beginilah Sang Jaguar Kehilangan Asa.

Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat dan mari kumpulkan asa, untuk hasil yang luar biasa :)

Mustofa - Stasiun Manggarai, 03072016.
di perjalanan pulang kampung dengan keteta Argo Muria. Gerbong Eks 8, Kursi 4B.

Komentar

  1. Biarkan Pemimpin Indonesia menjadi pemimpin yang ideal, se ideal jaguar yang sedang mengumpulkan asa. baca juga (siperubahan.com/read/2908/Mau-Jadi-Pemimpin-Ideal-Iniliah-Suara-Kami) di siperubahan.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMK Energy!

minggu malam, 29 mei 2016. malam ini, terlalu sempurna untuk ditinggalkan begitu saja. saya ingin, ada makna dalam setiap jam yang dilalui, sama halnya dengan malam ini, saya tak mau malam ini hanyalah gelap pengusir siang, yang juga siap dihempas oleh matahari untuk kembali memunculkan siang. sekarang saya yakin, dan semakin percaya. bahwa kota indah macam Temanggung dan Bandung adalah katalis luar biasa, untuk mendorong jari saya bereaksi dengan huruf-huruf kecil di layar handphone untuk menghasilkan kata-kata. Temanggung? Iya, saya sedang pulang kampung, ada keperluan yang harus saya tuntaskan. Entah kenapa, selalu muncul energi positif ketika berada di ruangan kecil ini. malam ini, otak memerintahkan tangan untuk mengetuk keyboard di layar hp. ditemani buku tebal 737 halaman, dan selimut biru yang sangat hangat, tangan ini tak mampu menolak keinginan si otak. Ketika berada di kamar ini, entah kenapa saya seakan terbawa rutinitas masa sekolah, iya masa itu. masa ke...

tentang pengorbanan dan hasil!

Sabtu pagi, 12 Maret 2016 Bagi kebanyakan orang, sabtu merupakan salah satu hari penting. Penting, untuk sejenak mengistirahatkan badan dari rutinitas weekdays , untuk sejenak me- refresh otak yang dipenuhi dengan banyak pemikiran, dan penting bagi sebagian kaula muda yang sudah menanti datangnya malam minggu. Namun, di hari sabtu ini, jangan sampai kita lalai, dengan hanya tidur-tiduran, malas-malasan, dan berbagai kegiatan yang kurang produktif lainnya.. Pagi ini, Matahari belum menampakkan senyumannya. Gelap! Gelapnya pagi ini, semoga tak lantas membutakan mata kita, mata yang tak seharusnya terbutakan, mata yang seharusnya terbuka untuk menerima dan melihat kebesaran-kebesaran Allah. Gelapnya pagi ini, semoga tak lantas menggelapkan hati kita, hati yang tak seharunya menghitam,  hati yang seharusnya terang untuk menuntun jiwa dan raga kita menuju jalan yang benar. Gelapnya pagi ini, semoga tak lantas mengeruhkan otak kita, otak yang tak sewajarnya menjadi kelam, o...

matematika kehidupan!

Senin pagi, 14 maret 2016. Hari senin, kembali ke rutinitas. Begitulah, sebagian orang menganggapnya. Setelah 2 hari berleha-leha, untuk berlibur atau bahkan hanya untuk bermalas-malasan dengan mengambil keputusan tidur seharian. Mengapa hanya sebagian? Bukankah semua orang juga merasakan hal tersebut? Tidak. Coba kita renungkan, seorang petani misalnya. Apakah mereka libur juga di hari sabtu dan minggu? Sepengamatan saya tidak. Jadi, mungkin mereka akan mempunyai semangat yang bisa jadi lebih stabil dibandingkan profesi lain. Namun, kembalinya kita (kecuali yang sabtu - minggu tidak libur) ke rutinitas, harusnya kembali mempunyai semangat yang bergelora, bukan malah sebaliknya karena masih terbawa hawa liburan kemarin. Pagi ini, saya begitu lapar. Maklumlah, hari minggu kemarin saya hanya makan sekali dan itupun siang hari. Tak perlu khawatir dengan lapar, setelah ini saya ganjal dengan sebungkus nasi uduk - urusan lapar kelar. Laparnya perut, semoga tak lantas mempeng...